×
Movie Review: XOXO - A Netflix Original Movie

Movie Review: XOXO - A Netflix Original Movie


Rooster mengklaim XOXO sebagai tandingan We Are Your Friends (2015) [Baca di sini]. Sebagai penikmat EDM dan fans Zac Efron, tentu aku tidak bisa melewatkannya. Mengetahui film garapan sutradara Christopher Louie ini adalah film orisinal Netflix (alias FTV kalau di Indonesia), aku tidak berharap banyak. Tapi, aku tetap berekspektasi tinggi terhadap musik yang disuguhkan. Apalagi, aku tidak pernah mendengar tentang para pemainnya. Waktu itu, pikir saya, mungkin mereka lebih ekspert. Toh bisa dibilang ini film indie. Seharusnya mereka tidak punya keharusan untuk membawa nama-nama besar.

Film berdurasi 92 menit ini dibuka dengan adegan Ethan Shaw (Graham Phillips) berkutat dengan DJ kit-nya. Dia hanyalah seorang bocah dari keluarga biasa yang kebetulan mencintai dunia musik. Dia punya seorang manager bernama Tariq (Brett DelBuono). Manager yang juga teman dekat Ethan itu berhasil memasukkan nama Ethan Shaw dalam line up festival musik terbesar. Dari situlah penonton akan diajak memasuki dunia festival musik ala Choachella yang sebenarnya.


Yap, sebenarnya. Sebab, beberapa kritik menganggap bahwa XOXO sukses membawa suasana real yang biasa terjadi pada festival-festival musik masa kini. Dancing, kissing strangers, doing drugs, hal-hal seperti itu. Itulah yang disuguhkan dalam film ini. Sayangnya, I think they're too much. Semuanya diselipkan dalam perjalanan penonton mengikuti perjuangan Ethan untuk tampil di atas panggung yang menemui banyak kendala. [AWAS SPOILER!!!] Mulai dari bus festival yang mogok, dia tidak punya akses backstage, sampai hampir tidak mengisi slot-nya.


Saking banyaknya, aku sampai pusing. Misalnya, ada suatu adegan dimana Tariq mengelilingi area parkir festival. Dia membagikan pamflet agar orang-orang menonton Ethan. Tiba-tiba dia dicium oleh seorang gadis seksi. Terlena, dia tidak sadar bahwa gadis itu menaruh obat-obatan di lidahnya. Tariq pun oleng. Bukannya menemui orang penting dari label yang berpotensi menggandeng Ethan, dia malah berkeliling arena festival dan berfantasi aneh-aneh. Masih banyak hal-hal "aneh" lain yang membuatku bingung, sebenarnya film ini pengin mengangkat apa?

Penonton tidak hanya diajak mengikuti kisah Ethan saja. Ada Krystal (Sarah Hyland) yang datang bersama teman-temannya. Dia ingin bertemu seseorang yang diyakini menjadi soulmate-nya. Ada juga pasangan Shannie (Hayley Kiyoko) dan Ray (Colin Woodell). Mereka sangat ingin menikmati festival ini sebelum menjalani LDR. Terakhir, ada seorang pemilik toko musik yang bernama Neil (Chris D'Elia). Dia adalah haters EDM dan festival yang mengusung musik itu. Tapi, dia membuka jasa festival bus untuk mengantar orang-orang ke venue.

SO WHERE IS THE MUSIC? I KNOW RIGHT! Hampir tidak ada. Well, kalau background music dihitung, so yes, there are some musics. Tapi, bagaimana bisa XOXO dibandingkan dengan We Are Your Friends (WAYF)? Padahal, film garapan Max Joseph itu banyak menghadirkan EDM tracks dan membahas profesi DJ dari sisi science. Meski bukan jenis film yang akan memenangkan Oscar, at least penonton mempelajari hal baru dari situ. Sedangkan XOXO hanya memutar secara penuh musik Ethan Shawn. Dan bagiku, it's not impressive enough.

2 komentar

  1. Ngomong-ngomong tentang film DJ, udah nonton 'We Are Your Friends" belum? Yang main ada Zac Efron. Bagus lho... selain soal DJ, film ini juga tentang coming of age.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah dong ;) Makanya aku tertarik nonton film ini. Ekspektasinya sih sebagus WAYF. Eh ternyata jauuuuuuuh

      Hapus

Thanks for reading! Jangan lupa tinggalkan jejak di sini. If you own a blog, don't forget to link it. I will visit you later. x