×
Movie Review: Sing Street

Movie Review: Sing Street

Picture by singstreetmovie

Sayang sekali film sebagus ini nggak ditayangkan di bioskop Indonesia. Padahal, Sing Street (2016) banyak mendapat pujian loh. Film garapan sutradara John Carney ini diputar pertama kali di Sundance Film Festival pada Januari 2016. Sing Street baru dirilis di Amerika pada April dan di Inggris pada Mei. Pada 26 Juli, akhirnya Sing Street bisa dinikmati dalam bentuk DVD. Sepertinya kurun waktu enam bulan itu cukup singkat ya untuk merilis DVD suatu film (kalau dibandingkan dengan film blockbuster)? Well, tetap saja, bagiku, penantianku untuk menonton film ini sangatlah lama.

Genre musikal adalah genre film yang paling aku suka. Setelah musikal, baru aku memilih action. Tapi, karena film musikal sangat jarang, aku lebih sering menonton film action. Meski begitu, aku yakin masih banyak sekali film-film musikal yang belum aku tonton. Jadi, kalau kamu cukup expert di bidang ini, spare me a little ya. Mungkin review-ku bakal terkesan dangkal. But I'll do my best.

Gambar diambil dari YouTube

Kisah Sing Street berpusat pada Conor "Cosmo" Lalor (Ferdia Walsh-Peelo). Dengan setting Dublin pada 1985, Conor pindah sekolah ke Synge Street karena orang tuanya bangkrut. Di sana, dia bertemu Raphina (Lucy Boynton) yang tinggal di seberang sekolah. Untuk menarik hati cewek yang setahun lebih tua itu, Conor unexpectedly membentuk sebuah band. Anggotanya adalah Darren (Ben Carolan)-manajer, Eamon (Mark McKenna)-gitaris, Ngig (Percy Chamburuka)-keyboardis, dan dua anak lain yang aku lupa namanya sebagai bassist dan drummer. Lalu, apa yang membuat film ini menarik?

#BromanceGoals Conor dan Brendan
Istilah bromance lebih sering dipakai untuk cowok sebaya yang dekat banget atau bersahabat. Tapi, dalam Sing Street, the "bro" literally refers to "brother." Yap, Brendan (Jack Reynor) adalah anak tertua dalam keluarga Lalor. Waktu pertama kali karakternya muncul, aku kira dia cowok garang dan suka mem-bully adiknya. Ternyata, dia malah sangat perhatian! Apalagi, orang tua mereka hampir setiap hari bertengkar. Brendan lah yang menjelaskan "arti" pertengkaran itu kepada si anak bungsu. He's very mature. Nggak heran kalau Conor nggak terlalu depresi tentang kondisi orang tuanya.

Meski terkesan nggak penting, menurutku, karakter Brendan ini memegang kunci utama. Sebab, dia juga menjadi tutor musik Conor. Meski setiap sore mereka menonton video klip Duran Duran, Conor sebenarnya cuma mengikuti sang kakak. He's simply like a duck following its mum. Karena kakaknya menganggap video klip itu masterpiece, Conor pun menganggapnya keren. Setiap kali Conor dan bandnya, Sing Street, selesai menggarap sebuah lagu, dia akan meminta pendapat Brendan. Dari situ, Brendan memberi banyak referensi dan membantu Sing Street menemukan "suara"-nya.

Di balik kekompakan mereka, ternyata Brendan punya emosi terpendam. Saat emosi itu dikeluarkan, aku sempat meneteskan air mata. Eits, tenang, Sing Street bukan tearjerker kok. Ceritanya sangat sederhana, tapi benar-benar masuk ke dalam hati. Well, nggak heran sih. Carney memang pintar memainkan emosi penonton seperti yang dia lakukan pada Begin Again (2013).

"You Just Need to be Brave Enough"
Oke, itu bukan pepatah. Kalimat itu juga sama sekali nggak disebut dalam film ini. Tapi, sebenarnya film ini juga fokus kepada usaha Conor mematahkan apa yang dianggap impossible (pada masa itu) loh. Sekolah di Synge Street, Conor struggle banget untuk diterima. Menurut Raphina sih, "You're too posh." Di hari pertama aja, dia sudah di-bully. Hanya keinginan membentuk band lah yang membuat Conor bertahan.

Bereksperimen dengan musik membuat Conor juga bereksperimen dengan gaya. Padahal, sejak awal dia sudah diincar sang kepala sekolah gara-gara memakai sepatu cokelat. Eh, suatu hari, Conor memakai make-up! Yap, make-up ala David Bowie gitu. Rambut bagian depannya pun dicat. Dari situ, sang kepala sekolah semakin menjadi. Hal ini menunjukkan betapa strict-nya stereotip pada masa itu. Apalagi, Synge Street adalah sekolah katolik. "Tampil beda" sepertinya dianggap dosa.

Picture by YouTube

Tapi, film ini mengajarkan kalau seorang bully itu nggak seharusnya dijauhi. You just need to be brave enough buat mendekatinya, mengajaknya berteman. Ini film cowok loh. I mean, sebagian besar karakter adalah cowok. Mereka aja bisa sensitive enough buat nggak memusuhi Barry (Ian Kenny).

Another Kind of Friendship
Karena banyak menonton film-film remaja ala Hannah Montana, High School Musical, Princess Diaries,....well, you name it, aku jadi bosan dengan karakter sahabat. Iya, aku setuju kok kalau sahabat itu adalah dia yang selalu ada di saat karakter utama sedih atau senang. Tapi, kebanyakan menggambarkan sahabat sebagai teman yang menemani karakter utama di saat senang karena jadian atau sedih saat diputuskan. I know it's very realistic, but please, can't we avoid the drama?

Aku akui kalau poin ini sangatlah subjektif. Sebab, I'm not much a talker myself. Aku lebih suka menuangkan emosiku pada tulisan, entah berbentuk narasi ataupun lagu. Jadi, saat karakter Eamon muncul, I was so attached to him. Dia ini geek yang super keren. Aslinya memang ganteng, nggak banyak bicara, bisa main alat musik apapun (seruling juga bisa loh!), manis banget karena dia suka kelinci, dan mau membantu Conor menulis lagu tengah malam. Ha!

Lagu yang dinyanyikan Sing Street adalah hasil kreativitas Conor dan Eamon | Picture by People 

Bisa membicarakan apapun dengan seseorang itu emang melegakan dan menyenangkan kok. I don't deny that. Tapi, aku bukan orang yang gampang percaya orang. So, even when I talk, I talk less (of important things). Kalau aku menuangkan dalam sebuah lagu, siapa yang berani mengklaim bahwa yang aku tulis itu fiksi atau reality? Lagi pula, menulis lagu itu bisa mengubah energi negatif jadi positif. Lebih baik menyanyi kan daripada cursing? He he he.

Enjoy The Music of 80's
Kalau biasanya seorang anak tahu lagu jadul karena sering diputar orang tuanya, di rumahku sih malah terbalik. Orang tuaku yang aku kenalkan dengan lagu-lagu zaman sekarang (ayahku bahkan hafal suaranya Demi Lovato dan Justin Bieber!). Jadi, telingaku mostly nggak paham dengan musik-musik lawas. Tapi, surprisingly, lagu-lagu dalam Sing Street ini enak! Enak banget malah. Sama seperti Begin Again. Semua soundtrack-nya bikin ketagihan. Karena aku bukan music expert, silahkan dinilai sendiri.


Oh ya, lagu terakhir dibawakan oleh Adam Levine (lagi). Sepertinya Carney suka banget sama Levine. The song's good. Entah kenapa belum hits seperti Lost Star. Apa karena anak zaman sekarang nggak suka film sejenis Sing Street? Well, tell me which one is your favorite? Kalau aku sih hampir suka semua lagu yang dibawakan Sing Street. If you're not into it, tell me another musical movie that I should watch :)

8 komentar

  1. yah sayang banget nggak ditayangin di indo? padahal aku suka juga genre kayak beginiaaan juga >.<
    kalo mau liat ini dimana terusan? :|

    BalasHapus
  2. Wahhh gapapa deh gak diputer di indonesia. Toh ujung ujungnya dia bakalan muncul di situs situs download film dan streaming film gratis akakakakak.
    Gue juga suka film musical musical gini, hampir semua serial Step Up sdh gue tonton, Begin Again nya keira knightley juga gak ketinggalan, nah kayaknya next bakalan gue cari ni film. Makasih inponyaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. YASSSSS!!! Seneng deh kalau ketemu orang yang satu selera :' Susah banget soalnya. Semoga suka film ini ya ;)

      Hapus
  3. wah belom punya nih. mau nyari dulu biar bisa berkomentar. thanks yaaak

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Seru banget! Bikin aku makin suka lagu-lagu 90-an hehe. Rada bosen sih sama lagu-lagu mainstream sekarang. Saatnya refreshing ;)

      Hapus

Thanks for reading! Jangan lupa tinggalkan jejak di sini. If you own a blog, don't forget to link it. I will visit you later. x